Di tempat ini. Meja membisu, gelas-gelas kehilangan aksara, kopi perlahan ditinggalkan kepulan asapnya. Hanya waktu yang terus berdetak seirama dengan denyut nadi dan alunan musik Inuysaha. Kedai kopi yang terasa sedu, seperti langit di malam ini yang juga terlihat hampa. Kedai ini menampung ribuan orang yang datang untuk menumpahkan kesedihan. Aku termasuk salah satu dari orang-orang yang termenung, memandang kosong jalanan yang ramai oleh para pejalan kaki dan kendaraan. Tapi keramaian itu hanya sebatas riuh yang tak mampu menghilangkan gemuruh luka dalam dada para pengunjung kedai ini. Di sudut ruangan, terlihat seorang wanita duduk dengan anggun sambil menyeduh jus satsuma imo. Anggun dan bersahaja. Beberapa kali, ia menampakkan senyum. Ah, gigi gingsul. Benar-benar menawan. Rasa penasaran menuntunku menghampiri wanita itu. Di tempat yang sedu ini, mengapa dia malah tampak bahagia? “Hei, wanita cantik, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?” tanpa ragu, aku duduk di depannya. ...
Diary, Puisi, Prosa, Opini